Manusia dan Kegelisahan

Kegelisahan terlahir akibat tidak adanya keseimbangan antara harapan dari hati, pikiran dan kenyataan. Adanya permasalahan hidup manusia muncul kepermukaan lebih disebabkan oleh hanya semata-mata dipersepsikan pada logika berpikir yang sempit. Itulah sebabnya, mengapa kebanyakan dari kita mendefinisikan masalah berupa kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi.

LEBIH dari itu, harusnya dalam hidup seorang mukmin segala apa yang terjadi dalam kehidupan ini diposisikan semata-mata atas kehendak-Nya. Bukan mengandalkan semata-mata pada persepsi akal manusia, sebab kadang kala akal ini terselimuti oleh tumpukkan kotoran-kotoran hawa nafsu manusia itu sendiri.

Adanya usaha untuk meredam gelisah hati, sebetulnya merupakan salah satu ikhtiar kita dalam menggapai kondisi ketentraman hidup. Namun demikian, usaha tersebut belumlah lengkap bila tidak kita dukung dengan perilaku keseharian lain yang dapat mencapai hasil maksimal menuju nuansa ketentraman hidup manusia.

Paling tidak ada empat perilaku keseharian yang dapat kita lakukan untuk mendukung menggapai ketentraman hidup itu. Pertama, memiliki kemampuan dalam mengendalikan hati dengan cara membangun ketrampilan berupa mengelola hati menuju kesuciannya.

Menurut As-Sayyid bin Abdul Maqshud, kesucian hati adalah poros kehidupan (perilaku) seseorang. Bila hati bersemayam di atas kebenaran, maka selamatlah seluruh anggota badan dengan tetap berada di jalan kebenaran dan kebaikan.

Kedua, hindari perasaan-perasaan minor berkait dengan kegelisahan hati. Yakni dengan melakukan penilaian secara jujur atas apa keuntungan dari sikap yang memperpanjang kegelisahan hati itu. Artinya sepanjang kita hanya mempersoalakan kenapa gelisah hati itu menimpa kita tanpa bersikap jujur untuk segera melakukan instrospeksi dan mencari jalan keluarnya, maka yakinlah bahwa itu hanya membuahkan penderitaan berkepanjangan dan merugikan diri sendiri.

Ketiga, menghindari perilaku yang menyebabkan terjadinya gelisah hati. Ketentraman hidup dapat tercapai bila kita mampu untuk mencegah dan menghindari segala sesuatu perbuatan yang memicu munculnya gelisah hati.

Keempat, niatkan segala perilaku hidup dengan ikhlas. Dengan melakukan perilaku ikhlas terhadap amalan-amalan yang telah dilakukan walaupun tampak kecil dan sepele dengan cara terus menerus, justru akan dapat membuahkan ketenagan batin, sehingga insya Allah akan membuahkan pula suasana kehidupan yang sejuk, lapang dan indah mengesankan.

Akhirnya hadirnya gelisah hati dalam hidup sudah seharusnya kita redam untuk menggapai ketentraman. Dan jadikanlah gelisah hati yang menimpa kita itu sebagai ladang amal dalam meningkatkan keimanan kita kepada Allah Swt. Amin. Wallahu’alam.
usoPreviewPopup

0 komentar:

Posting Komentar

Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma
Link ke Univ. Gunadarma

About this blog